Postingan

Pintu

Kamu bilang "Boleh ketuk hati kamu?" Aku bilang "Ketuk aja dulu." Kamu bilang "Oke." Knock knock. Kamu tanya "Dibukain enggak?" Aku tanya "Kamu mau aku bukain?" Kamu bilang "Ya gimana kamu." Aku tanya "Mau masuk ke dalem atau mau main doang nih? Kalo mau main doang mah, intip aja lewat jendela." Kamu diam. Pergi. Gitu lagi.

Yogyakarta dan semua yang tertinggal didalamnya (Part 3 selesai)

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. -Kla Project- Jogja berhati mantan, begitu kata Arman Dhani, editor di Mojok.co Bagi saya lebih dari itu. Perjalanan di bulan Januari 2018 kemarin membuat saya sadar banyak hal tapi sulit untuk menceritakannya. Ketika saya mengatakan saya jatuh cinta dengan Bandung karena itulah rumah kedua saya dan karena penuh banyak kenangan, tapi berbeda makna ketika saya mengatakan  saya jatuh cinta dengan Yogya. Walau saya harus mengakui bahwa Yogya sangat mirip dengan Bandung di beberapa sudutnya, tapi ada yang berbeda dengan Yogyakarta. Yogya mengajarkan saya untuk bisa sedikit lebih dewasa dan caranya hidup di tengah hingar bingar peluh banyak orang. Di Yogya, saya menemukan sangat banyak alasan untuk menjadi diri saya sendiri. Tentang bagaimana saya harus legowo menerima sambutan kurang ramah dari tuan rumah, tentang bagaimana saya bisa belajar 'nrimo dari kehidupan Abdi Dalem, tentang bagaimana masa lalu bersatu dan membentuk ke

Yogyakarta dan semua yang tertinggal didalamnya (Part 2)

Gambar
Kupercaya selalu ada sesuatu di Jogja -Adhitia Sofyan- Hari kedua saya di Yogyakarta. Hari ini, saya bangun pagi karena perjalanan saya lumayan jauh, keluar kota Yogya, saya menuju Prambanan. Berbekal informasi yang saya dapat dari teman-teman saya dan host saya, maka saya menggunakan Trans Jogja menuju Prambanan. Berjalan kurang lebih 10 menit dari homestay saya, saya menaiki TransJogja dari depan Istana Presiden. Inilah syok saya yang ketiga. Petugas karcis TransJogja jutek :( saya ini kan turis, saya tanya "Kalo 1 tiket berapa ya Mas? Cara belinya gimana?" dan cuma dijawab "Emang mau kemana?" saya jawab Prambanan, dan dijawab tanpa melihat ke arah saya "3500". Tuhan saya mau nangis. Mana ini warga Yogya yang katanya ramah? Lantas, saya tak ambil pusing. Saya tunggu TransJogja saya dan tak lama datanglah bis yang ditunggu. Perjalanan ini cukup menyenangkan untuk saya. Bagaimana tidak menyenangkan? Saya berkeliling kota Yogya, menggunakan transport

Yogyakarta dan semua yang tertinggal didalamnya (Part 1)

Gambar
Ada yang tertinggal di Yogyakarta saat kunaiki kereta -Nina- Harus mulai darimana ya nyeritain tentang kota ini? Mungkin harus dimulai kenapa saya memutuskan untuk memulai solo trip pertama saya. Begini, sebagai perempuan yang terkenal sebagai "The Dramatic One", sehabis putus cinta dan menjadi wanita lajang, saya melakukan banyak hal untuk menyembuhkan rasanya patah hati. Kalau banyak teman saya berkutat dengan pekerjaan, saya sih seneng baca buku dan nonton banyak film. Dan sudah bisa ketebak, film yang saya tonton engga jauh dari film-film tentang patah hati. Dan salah satu film yang saya tonton adalah Eat, Pray, Love. Film yang bercerita tentang Elizabeth Gilbert, seorang perempuan yang baru saja bercerai dan memutuskan keliling dunia untuk mencari tahu, dia tuh mau jadi siapa dan apa dalam hidupnya. Iya, dia keliling dunia, nyoba makan makanan enak di Italia, berdoa di India hingga akhirnya menemukan cintanya di Bali. Saya sih engga senekat dia yang resign dari

Butterfly In My Stomach, gimana sih rasanya?

Jatuh cinta itu pada dasarnya adalah percumbuan pra persetubuhan @ Ryuhasan. Ada yang setuju dengan kalimat di atas? Saya sih setuju, tidak tau kalo mas Anang. Pertengahan Februari kemarin, ketika saya melihat salah satu akun twitter bernama @ryuhasan mentwit tentang hal itu, saya langsung "Lah iya banget" lantas mulailah saya membuat thread tentang hal "Percumbuan pra Persetubuhan" sebelum jatuh cinta. Bagi kalian yang bingung apa sih arti thread, nah thread itu semacam kumpulan twit-twit kalian yang kalo dikumpulin bakal jadi 1 cerita. Singkatnya gitu. Nah, di thread yang berawal dari twit si @ryuhasan itulah saya memulai cerita tentang Butterfly in My Stomach yang saya singkat jadi BIMS. Apa hubungannya sama cium cium? Pelan-pelan kita bahas ya. But please, open your mind jangan main asal negatif thinking yaaaa :) Saya adalah pribadi yang mudah suka atau mudah baperan. Tapi kayaknya bukan cuma saya sih yang kayak gitu, bisa jadi banyak perempuan

Iritasi Ringan

Kamu. Tak banyak yang ku tahu tentangmu. Yang ku tau adalah suara konyolmu yang selalu terdengar tatkala siang yang membosankan dengan setumpuk pekerjaanku. Kamu hadir sesukanya. Aku tak peduli. Lantas, kamu hadir. Kali ini kamu tak pergi. Kamu malah memberikan nyaman. Bagaimana tidak nyaman? Kamu dengan mudahnya menceritakan masa lalumu, segala rasa sakit dan amarahmu. Kepadaku. Dan aku menerimanya. Kita berdua saling berbagi, bercerita, bertukar rasa sakit, amarah dan bertukar obat demi menghilangkan masa lalu masing-masing. Perbedaan besar tak kita hiraukan. Cibiran orang-orang kita tampikkan Hingga Ada rasa nyaman dan tak mau kehilangan darimu untukku. Begitu pula aku. Ah Mas, Nyaman sekali rasanya bersamamu. Tak perlu ku menjadi orang lain. Ya saking tidak perlu menjadi orang lain, tanpa ku sadar, atau mungkin tanpa kamu sadar, rasa memiliki mulai menghinggapi kita berdua. Aku yang tak rela tak mendengar kabar tentangmu barang sehari. Dan kau yang ta

Surabaya

Surabaya, November 2017 Liburan pertama menyandang status jomblo. Officially, 6 bulan tanpa kekasih. *Skip* Jadi, awal November ini saya dan beberapa teman saya memutuskan untuk sedikit melakukan liburan pendek ke Surabaya. Kalau saya sih menyebutnya short weekend getaway. Ajakan bermula di akhir bulan September, saya yang saat itu memang sudah sangat penat dengan kegiatan keseharian (sebut : ngantor, yoga, main ke mal, atau tidur di rumah) langsung mengiyakan ajakan tersebut. Dan, berangkatlah saya ke Surabaya. Tulisan ini bukan tentang apa yang saya kunjungi di Surabaya, atau makanan apa saja yang saya makan di Surabaya atau bahkan berapa biaya yang saya keluarkan untuk perjalanan singkat ini, tetapi lebih dari itu. Sedikit info saja, Surabaya adalah kota besar kedua terbesar di Indonesia, dan kota yang cukup mempunyai peranan besar di daerah Timur Indonesia. Makanya, jika kita melihat Surabaya, mulai dari udara dan lingkungan, enggak beda jauh kok sama Jakar